Sanitasi lingkungan merupakan suatu upaya untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan terbebas dari faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit akibat dari lingkungan yang kotor. Tujuan utama dari sanitasi yaitu untuk mencegah penularan penyakit menular seperti diare, hepatitis, disentri, polio, infeksi cacing usus, kolera dan untuk menjaga kualitas hidup masyarakat, serta mendukung kelestarian lingkungan. Artikel ini akan membahas tentang jenis-jenis sanitasi dan contoh penerapan sanitasi.

Jenis-jenis sanitasi

1. Sanitasi Dasar (Basic Sanitation)

Sanitasi dasar biasa ditemukan pada rumah tangga yang berupa jamban atau toilet, selokan dan pembuangan limbah. Dengan adanya sanitasi, dapat mencegah kontak langsung manusia dengan tinja dan limbah. Meskipun sederhana, sanitasi dasar sudah cukup untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan asalkan dilengkapi dengan pengolahan limbah yang tidak mencemari air tanah atau lingkungan sekitar.

2. Sanitasi Berbasis Wadah (Container-Based Sanitation)

Sanitasi berbasis wadah adalah sistem di mana kotoran manusia atau limbah dikumpulkan dalam wadah tertutup, bisa dikunci, dilepas, dan diangkut dan dipindahkan ke fasilitas pengolahan limbah. Sistem ini sangat berguna di daerah yang padat penduduk, tidak memiliki ruang untuk septic tank, atau di permukiman yang tidak terhubung dengan sistem pembuangan terpusat. Wadah biasanya diambil secara rutin oleh penyedia jasa untuk diangkut ke fasilitas pengolahan yang aman, sehingga tetap menjaga kesehatan masyarakat dan kebersihan lingkungan.

3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

STBM adalah pendekatan nasional di Indonesia untuk mengubah perilaku masyarakat agar hidup bersih. Pendekatan ini mencakup lima pilar: stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Pelaksanaan STBM dilakukan melalui edukasi dan menyediakan fasilitas untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dari dalam masyarakat.

4. Sanitasi Kering (Dry Sanitation)

Sanitasi kering adalah sistem pembuangan tinja tanpa menggunakan air. Limbah manusia dikumpulkan dan ditangani melalui metode seperti pengeringan, kompos, atau fermentasi. Sistem ini sangat berguna di daerah yang kekurangan air atau dalam situasi darurat, karena tidak membutuhkan saluran air atau septic tank. Salah satu contoh yang paling umum adalah toilet kompos, yang mengubah limbah menjadi bahan organik yang aman dan bisa dimanfaatkan kembali.

5. Sanitasi Ekologis (Ecological Sanitation / EcoSan)

Sanitasi ekologis adalah pendekatan sanitasi yang tidak hanya mengelola limbah manusia dengan aman, tetapi juga memanfaatkan kembali hasilnya untuk keperluan pertanian, penghematan air, atau pencegahan pencemaran air.  Pengelolaan limbah ini memakai teknologi dengan memanfaatkan bakteri untuk mencerna limbah-limbah atau menggunakan biogas dari sampah yang difermentasi dengan anaerobik system.

6. Sanitasi Darurat

Sanitasi darurat adalah sistem yang diterapkan  ketika sistem sanitasi normal tidak tersedia seperti dalam kondisi bencana gempa bumi, banjir, atau konflik kemanusiaan,. Tujuan utamanya adalah menyediakan fasilitas sementara yang aman dan higienis untuk mencegah penyebaran penyakit akibat limbah manusia. Contohnya adalah toilet portabel dan lubang gali darurat (pit latrine).

7. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan mencakup semua tindakan dan sistem yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan fisik yang bersih dan sehat. Ini meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan sampah padat dan cair, drainase yang baik, serta pengendalian vektor penyakit seperti nyamuk dan tikus. Sanitasi lingkungan bukan hanya urusan toilet, tapi menyeluruh pada tata kelola limbah dan kondisi tempat tinggal. Ini sangat penting dalam mencegah berbagai penyakit menular berbasis lingkungan, seperti diare, malaria, dan leptospirosis.

 

Contoh Penerapan Sanitasi Lingkungan

1. Penyediaan Toilet Sehat dan Septic Tank

Masyarakat membangun dan menggunakan toilet yang layak dengan septic tank untuk membuang tinja secara higienis, sehingga tidak mencemari tanah atau air tanah. Ini adalah bentuk paling dasar dari penerapan sanitasi yang baik di rumah tangga.

2. Pemilahan dan Pengelolaan Sampah

Sampah dipisahkan antara organik dan anorganik sebelum dibuang atau didaur ulang. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik didaur ulang atau dikirim ke bank sampah. Ini mencegah pencemaran lingkungan dan mengurangi volume sampah.

3. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga

Air bekas cucian, mandi, atau dapur (grey water) dialirkan ke saluran pembuangan tertutup dan dialirkan ke sumur resapan atau sistem pengolahan sederhana. Ini mencegah genangan dan bau tidak sedap serta mengurangi risiko penyakit.

4. Ketersediaan Tempat Cuci Tangan

Pemasangan tempat cuci tangan dengan sabun dan air mengalir di tempat strategis seperti dekat toilet, ruang makan, dan pintu masuk rumah/sekolah membantu mendorong kebiasaan hidup bersih dan sehat.

5. Pembersihan dan Pemeliharaan Selokan

Selokan atau drainase dibersihkan secara berkala agar air hujan dan limbah rumah tangga tidak menggenang, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk atau menyebabkan banjir.

6. Ventilasi dan Pencahayaan Alami

Rumah dan bangunan diberi ventilasi yang cukup dan pencahayaan alami, agar udara segar dapat masuk dan mencegah pertumbuhan jamur serta virus di ruangan lembap dan gelap.

7. Edukasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Penyuluhan kepada masyarakat, siswa, atau pekerja tentang pentingnya mencuci tangan, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak membuang sampah sembarangan merupakan bagian penting dari sanitasi berbasis perilaku.

8. Pengendalian Vektor Penyakit

Melakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) untuk mencegah nyamuk berkembang biak, serta menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi tempat hidup tikus dan lalat.

9. Penyediaan Fasilitas Sanitasi di Tempat Umum

Pemerintah  menyediakan toilet umum yang bersih, tempat cuci tangan, dan tempat sampah di pasar, terminal, taman, atau tempat wisata untuk menjaga kebersihan publik.

10. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Masyarakat secara kolektif berkomitmen untuk tidak buang air besar sembarangan, menjaga lingkungan bersih, dan menjalankan 5 pilar STBM dengan pendampingan dari pemerintah.

Penerapan sanitasi yang layak dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, mencegah penyebaran penyakit, serta menciptakan lingkungan yang bersih dan aman.